SULSEL.NEWS – Terkadang saya merasa miris karena banyak teman seprofesi yang kini ‘tumbuh bak cendawan’ dalam dunia jurnalistik. Bahkan, ada yang sudah pengurus inti organisasi kewartawanan dan memimpin media. Tapi, bahasanya masih sering ‘blepotan’ kekurangan atau kelebihan huruf mati.
Bahasa gaulnya, ‘okkot’ . Kadang juga, penggunaan serta penempatan diksi dan tanda baca serta imbuhan dalam kalimatnya, tidak tepat. Padahal, tuntutan profesinya harus membuat redaksi yang singkat, padat dan mudah dimengerti. Artinya, ketika menulis, seorang Wartawan mutlak harus tahu dan mengerti bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sebab, akan mengirit dan mengedit kata dalam kalimat. Mengingat, ruang dan waktunya terbatas.
Sebagai ‘kuli’ tinta, disket dan digital yang pernah jadi reporter sampai Pemred Surat kabar serta mantan Wakil Ketua 3(tiga) periode. Juga, Sekertaris merangkap anggota Dewan Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Sulawesi Selatan.
Dalam rangka memperingati HUT PWI dan Hari Pers Nasional (HPN) tahun ini, saya mengajak (bukan mengajar) agar ‘teman teman’ jangan berhenti belajar. Teruslah ‘mengasah’ wawasan. Minimal, mampu mengimbangi narasumber ketika wawancara. Sekedar untuk menyegarkan kembali, tugas media selain sebagai ‘alat’ sosial kontrol, juga berfungsi edukasi dalam rangka ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.
Karenanya, tiap suksesi kepemimpinan pengurus di’tubuh’ organisasi Wartawan tertua ini, PWI selalu mengedepankan pendidikan sebagai program utamanya.
Tak salah kalau Ketum PWI Pusat yang baru Chaerudin Bangun, menjadikan Uji Kompetensi Wartawan (UKW) sebagai kewajiban anggotanya. Selain itu, pelatihan dasar bagi calon anggota jadi anggota muda dan lanjutan ke jenjang anggota biasa serta mengoperasikan lagi Sekolah Jurnalistik Indonesoa (SJI) yang pernah mandek, kini menjadi prioritas.
Saya kira itu saja isi ‘catatan’ ini. Jauh di lubuk hati, saya hanya ingin mengingatkan teman, khususnya yang baru kenal profesi ‘ratu dunia’ ini, agar jangan berhenti menambah wawasan dan rasa ingin tahu. (Maaf, bukan sok tahu).
Nah, akhirnya saya mengucapkan ; “Selamat memperingati HPN dan HUT PWI”, yang telah diundangkan pemerintah setiap 9 Februari, sesuai sejarah ‘kelahiran’ organisasi kewartawanan PWI.
Tahun 2024 ini, peringatannya direncanakan dipusatkan di Ibu Kota Jakarta yang tercatat sering membuka ‘diri’ dikunjungi Wartawan se Indonesia bahkan dari luar negeri termasuk sejumlah Pejabat Negara tetangga.
Sayangnya kali ini hampir bertepatan agenda ‘Pesta Demokrasi’. Mungkin itu penyebab hingga pelaksanaannya digeser ke tanggal 20 Februari 2024. Agar seperti biasanya, Presiden didampingi sejumlah Pejabat Tinggi dan Tertinggi Negara termasuk para Gubernur, bisa ikut hadir pada puncak peringatan ‘hari’ nya Wartawan.
Di usia senja ini, saya terkenang beberapa tahun silam, PWI Sulsel didukung Pemerintah setempat, pernah jadi ‘tuan rumah’ HPN dan Pekan Olah Raga Wartawan Nasional (PORWANAS). Bahkan pernah persembahkan Piala bergilir Presiden sebagai Juara Umum pada PORWANAS di Bandung dan Banjarmasin. Piala tersebut sejak itu selalu ‘hiasi’ ruang kerja Gubernur Sulsel.
Sebagai Ketua Dewan Penasehat PWI Sulsel, tentu berharap, Provinsi ini bisa kembali menjadi ‘ajang’ HPN dan Porwanas, setelah absen sekitar tiga dekade. Semoga.
Penulis: Andi Pasamangi Wawo ( Ketua Dewan Penasehat PWI Provinsi Sulsel )