SULSEL.NEWS – Menopang pemulihan ekonomi di tanah air, investasi tetap mengalir ke Indonesia sepanjang paruh pertama tahun ini. Realisasi investasi ini menunjukkan kepercayaan dunia usaha terhadap iklim investasi serta potensi investasi di Indonesia masih tumbuh di tengah pandemi yang belum berakhir.
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi langsung (direct investment) selama Januari-Juni 2021 mencapai Rp 442,8 triliun atau telah mencapai 49,2% dari
target investasi 2021 sebesar Rp 900 triliun. Nilai investasi itu naik 10% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Jika dirinci berdasarkan asalnya, investasi langsung tersebut berasal dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA). Total pertumbuhan investasi langsung ini juga turut meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebanyak lebih dari 620 ribu orang.
Dalam Dialog Kabar Kamis di Media Center KPCPEN pada 26 Agustus 2021, Staf Ahli Menteri Investasi Indra Darmawan menyatakan, tingkat optimisme investasi selama pandemi cenderung meningkat dan hal tersebut mendorong pemulihan ekonomi.
“Dilihat dari realisasinya, realisasi investasi di Pulau Jawa dan luar Jawa cukup seimbang. Begitu pula balance pada PMDN dan PMA juga makin seimbang,” tuturnya.
Untuk mengoptimalkan penyerapan investasi, menurut Indra digunakan strategi Bertahan dan Menyerang.
“Artinya, sembari mencari investor baru, kita tetap mengopeni, membantu dan memfasilitasi yang sudah ada,” jelasnya.
Salah satu upaya pemerintah dalam mendorong tumbuhnya investasi, adalah dengan mengembangkan sistem perizinan usaha secara online. Yakni melalui Online Single Submission yang diresmikan oleh Presiden Jokowi baru-baru ini. Proses perizinan kini semakin mudah bagi pengusaha mikro, kecil, menengah, bahkan besar, dengan mengakses https://oss.go.id/.
Menurutnya, kebijakan gas dan rem dari pemerintah untuk menyeimbangan perlindungan kesehatan dan pemulihan ekonomi, adalah langkah tepat agar Indonesia berhasil melalui masa
pandemi.
Shinta Widjadja Kamdani, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), juga menggarisbawahi hal tersebut.
Menurutnya, pemulihan sektor kesehatan akan berimbas pada
pemulihan ekonomi. Meskipun kondisi tidak mudah dalam pembatasan mobilitas, Shinta berharap para pengelola usaha tetap adaptif dan lincah.
“Pelaku usaha justru bisa memanfaatkan momentum ini untuk bertransformasi dan berinovasi. Di antaranya, dengan mengoptimalkan penggunaan platform digital untuk meningkatkan penjualan produk,” ujarnya.
Shinta menyebut, bahkan pelaku UMKM pun sudah banyak memanfaatkan platform digital seperti e-commerce dan media sosial. Guna mendorong pertumbuhan investasi, menurut Shinta perlu adanya penguatan daya saing dengan memanfaatkan kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia Indonesia sebagai aset.
“Selain itu, tak kalah penting adalah pembangunan infrastruktur baik yang hard maupun soft, serta industrialisasi dengan produksi bahan baku dari Indonesia,” tambahnya.
Optimisme akan pertumbuhan investasi juga diungkapkan oleh Yusuf Rendy Manilet, Peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia.
Hal tersebut dapat dilihat melalui berbagai indikator, misalnya tingkat kepercayaan pelaku bisnis yang terjaga, atau impor bahan baku industri yang berada di level optimis dan menandakan bahwa industri dalam negeri terus bergerak meski di tengah pandemi.
“Semoga pertumbuhan investasi di Indonesia terus terjadi terutama di sektor industri manufaktur yang memiliki kontribusi besar,” tandasnya.
Menurutnya, penanganan pandemi dari sisi kesehatan paling esensial untuk mendukung proses pemulihan ekonomi. Masyarakat harus terbiasa dengan kebiasaan-kebiasaan baru seperti disiplin protokol kesehatan, mengingat pandemi dapat berlangsung dalam waktu lama. Yusuf berharap, investasi bisa menopang pemulihan ekonomi dan berlaku inklusif, dapat dirasakan semua golongan. (*/rls)