Merajut Cita Menjaga Kembagaan sebagai Paskibraka

NASIONAL896 Dilihat

SULSEL.NEWS – Menjadi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) adalah satu prestasi dan kebanggaan tersendiri bagi kaum muda.

Dengan tekad yang kuat, cita-cita
menjadi anggota Paskibraka, yang ditanamkan sejak jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) akhirnya dapat diwujudkan oleh Dika Ambiya Rahman (16), si Pembentang Bendera dalam perayaan HUT ke-76 di Istana Negara.

“Sebelum masuk Paskibraka, saya sudah jadi Paskibra di SMP. Menjadi anggota Paskibraka sudah merupakan cita-cita, merupakan salah satu impian juga,” kata Dika dalam Diskusi Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) bertajuk “Cerita Pengibar Bendera” pada Jumat (20/8/2021).

Siswa SMA Negeri 1 Cijeruk, Kabupaten Bogor itu mengakui bahwa awal mula dirinya ingin menjadi anggota Pakibraka. Saat diriya masih dibangku SMP, Dika menonton acara pengibaran bendera pada perayaan HUT ke-73.

“Saat menonton itu, dalam hati saya berkata, Saya pasti akan ada disitu (menjadi Paskibraka), mengibarkan bendera di Istana merdeka, dan ini saya tanamkan dalam pikiran saya. Alhamdulillah dengan segala usaha, segala ikhtiar dan tekad, serta diiringi doa, akhirnya saya berhasil menjadi bagian dari Paskibraka, sebagai Pembentang Bendera,” ujar Dika, pelajar kelahiran Bogor, 29 November 2004.

Tidak sembarang pemuda dan pemudi Indonesia yang dapat terpilih menjadi Paskibraka dalam peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia. Ada pengalaman dan rasa spesial tersendiri mendapat kesempatan sebagai anggota Paskibraka.

Apalagi, bagi seorang Dika, menjadi Pembentang Bendera dalam Kelompok 8 memiliki kesulitan tersendiri, dan tidak mudah. Dika sempat berpikir bahwa untuk menjadi Paskibraka itu sulit. Untuk lolos ke tahap kabupaten susah sekali.

“Jadi sebenarnya bukan seberapa hebat dia menjadi Paskibraka Nasional, tapi seberapa besar tekad, perjuangan, ikhtiar, dan tentunya doa, untuk menjadi Paskibraka Nasional. kalau semua ini dibarengi pasti bisa. Alhamdulillah bisa terpilih jadi pembentang. Soalnya kata pelatih, kalau siapa yang jadi pembentang pasti semua angkat tangan,” tuturnya.

Saat bertugas menjadi Paskibraka, Dika selalu meyakinkan diri sendiri agar dapat mengmban tugas dengan sebaik-baiknya. Hal ini dikarenakan dirinya kadang terbersit kerisauan dalam hati apakah bisa mengibarkan atau membentangkan bendera dengan
posisi yang benar.

“Saya selalu tarik nafas aja yang dalaam, sangat yakin bendera bisa dikibarkan. Alhamdulillah setelah dikibarkan, benar posisi benderanya. Keberhasilan megibarkan bendera tentunya tidak terlepas dari kerjasama Tim, kebersamaan, disiplin, perjuangan,” kata pemuda yang memiliki hobi Badminton dan Voli.

Lain halnya dengan Aditya Yogi Susanto (16), menjadi Komandan Kelompok 8 Paskibraka pada perayaaan HUT ke-76 RI dilihatnya sebgai sebuah keberuntungan.
Hal ini dikarenakan dirinya sejak awal tidak ada niat menjadi anggota Paskibraka.

Bagi pelajar kelahiran Limboto, 14 September 2004 yang memiliki hobi lari ini, mengaku dirinya tidak menyangka dapat menjadi anggota Paskibraka.

“Awalnya tidak ada niat jadi Paskibraka, saya awal mula baru masuk SMA dapat link pendafatran Paskibraka, lantas, iseng-isenglah saya mendaftar, dan ternyata Alhamdulillah lulus di Kabupaten, terus Provinsi, dan tembus ke Istana,” kata Yogi yang juga siswa SMA Negeri 1 Limboto Gorontalo.

Meski berawal dari keisengan semata, Yogi menyatakan bahwa tidak ada satu ketakutan yang menghampiri dirinya saat mendaftar menjadi anggota Paskibraka. Janganlah pernah takut untuk melakukan suatu hal. Karena ketakutanlah yang membuat seseorang tidak akan mencapai kesuksesan.

Paskibraka adalah siswa pilihan yang telah melalui beberapa tahapan seleksi yang tidak mudah. Paskibraka bukan hanya dimaknai sekedar berperan merayakan kemerdekaan semata. Namun, Paskibraka mereka yang telah dididik dengan pengetahuan, pelajaran serta pengalaman baru untuk menumbuhkan integritas.

“Itulah mengapa saya tentunya sangat bangga dan bersyukur karena menjadi Paskibraka, apalagi saya terpilih menjadi Komandan Kelompok 8, sebuah posisi yang sangat diinginkan semua teman-teman Paskibraka. Jadi saya sangat bersyukur bisa mendapatlan posisi Komandan Pasukan 8,” kata Yogi.

Yogi juga mengaku, selama menjalani karantina sebagai Paskibraka, banyak hal yang ia pelajari, baik dari para pelatih, senior, bahkan sesama anggota Paskibraka lainnya. Di dalam Paskibra diajarkan tegas, disiplin dan tanggung jawab.

“Tentunya juga dilarang begadang, ini sangat dilarang saat menjadi Paskibraka. Agar stamina tetap terjaga,” ucap Yogi.

Menurut Yogi, menjadi Komandan Kelompok 8 Pakibra dituntut stamina yang prima. Apalagi ditengah pandemi COVID-19 seperti sekarang. “Contohnya, saat memberikan aba-aba harus benar-benar lantang. Sekarang kita lagi pandemi jadi harus pakai masker. Kalau pakai masker kan otomatis suaranya sedikit terhambat. jadi harus mengerahkan seluruh tenaga ketika memberikan aba-aba. Jadi stamina harus benar- benar prima,” ujarnya.

Keberanian Aditya Yogi Susanto dalam mengambil langkah menjadi seorang Paskibra, degan segala risikonya tentu patut diapresiasi. Berani mengambil risiko dan mengambil kesempatan adalah loncatan yang sangat berarti untuk mendapatkan kesuksesan di masa depan.

Bung Karno, Sang Proklamator pernah berkata, Gantungkanlah Cita-citamu setinggi langit, Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh diantara bintang-bintang.

“Maksudnya, kita harus memiliki cita-cita dan impian yang tinggi agar bisa bekerja keras untuk dapat mewujudkannya. Jika pun gagal, kita tidak akan menyesal karena
perjuangan tidak akan pernah menghianati,” kata Yogi. (*/rls)