Strategi Media Dalam Menghadapi Pandemi dan Pengaruh Digitalisasi Media 4.0

NEWS749 Dilihat

SULSEL.NEWS – Pergeseran media konvensional ke digitalisasi media tidak dapat terhindarkan, terlebih lagi dengan adanya pandemi yang semakin mempercepat proses digitalisasi. Kebutuhan informasi yang akurat cepat dan bisa diakses darimana saja menjadi kebutuhan masyarakat saat ini.

Demikian disampaikan, Manager senior Humas SKK Migas Wilayah Kalimantan dan Sulawesi, Wisnu Wardana dalam sambutannya, di acara Webinar Edukasi Media 2021 “Strategi media dalam menghadapi pandemi dan pengaruh digitalisasi Media 4.0” yang digelar secara virtual dan streaming Youtube di SKK Migas TV dan Balikpapan TV, Selasa (16/11/2021).

Menurut Wisnu, berbagai macam inovasi perlu dilakukan untuk mengikuti perubahan dijaman ini tidak hanya modal kapital saja yg perlu dipersiapkan, modal mental dan pelaku awak media juga harus diperiapkan dalam menghadapi pergeseran ini.

“Sikap mau menerima perubahan tentunya diperlukan untuk dapat bertahan terhadap arah perubahan industri media yang terjadi dengan cepat pada saat ini,” terang Wisnu mewakil Kepala SKK Migas Wilayah Kalimantan dan Sulawesi.

Sementara pada sesi pemaparan materi, Kepala Dewan Redaksi Media Group Abdul Kohal selaku narasumber pertama mengatakan, disituasi sekarang ini ketika media sosial menguasai berbagai lini informasi kita dihadapkan pada sebuah era yang disebut era Post-Truth dimana dengan gampangnya memlih informasi berdasarkan dengan apa yang disukai saja sesuai dengan keinginan. Tidak peduli apakah informasi itu salah, pelintiran yang penting memuaskan
akan dikejar kalau perlu di share ketimbang mencari informasi berdasarkan fakta

“Era Post-truth pula kebohongan yang di viralkan bahkan bisa dinamai sebagai kebenaran dan inilah yang sangat berbahaya. Media sosial mengambil alih pemasaran informasi. Apa kata media sosial maka itulah yang kemudian ditanggapi. Kita tidak bisa menyalahkan siapa-siapa karena itu memang lagi sedang di era-eranya,” katanya.

Lalu bagaimana peran media arus utama menghadapi digitalisasi media yang sudah semakin massif yang coba diambil alih oleh media sosial. Menurut Johar, media harus menjaga kewarasan publik, verifikasinya kuat, informasinya kredibel dan bisa dipertanggung jawabkan serta menjadi pemeriksa fakta.

“Sumber yang menjadi rujukan utama itu harus dimainkan oleh media arus utama bukan kebalik media arus utama mengambil informasi dari media sosial, ” terangnya.

“Independen tidak didikte oleh kepentingan apapun demi kepentingan publik itulah rohnya media arus utama,” lanjutnya.

Era digitalisasi ini kata Johar, media harus punya titik keseimbangan. Prinsip yang harus diatur oleh media arus utama, yakni jujur, setia kepada publik, tidak ikutan. “Displin verifikasi harus dilakukan, cerdas dalam menentukan perspektif dan menjaga kode etik,” tuturnya.

Sementara, Praktisi Migas Elan Biantoro selaku narasumber kedua mengatakan, penerapan industri 4.0 memberikan efek yang beragam. Mau tidak mau para pelaku indusrri harus beradaptasi agar usahanya bisa bertahan dan berkembang.

Terakhir, Psikolog Nurchayati selaku narasumber ketiga mengatakan, pandemi dan digitalisasi adalah dua hal tak terbendung yang datang dalam kehidupan manusia membawa beragam efek bagi perkembangan disegala lini.

“Sebagai pribadi dan pekerja yang bisa dilakukan adalah sadari bahwa hal tersebut ada, lalu miliki kecakapan dan sikap-sikap yang cerdas dalam menghadapinya agar adaptif, produktif serta memiliki mental yang sehat karena segala efek baik dari upaya tersebut akan kembali dinikmati oleh diri sendiri,” tutupnya. (*/yud)