SULSEL.NEWS – “Saya bermimpi menjadi dokter syaraf karena ingin menjadi keajaiban bagi orang lain. Saya yakin Tuhan tidak pernah bercanda menempatkan setiap jalur hidup manusia. Seperti Ir.Soekarno pernah bilang agar kita berani bermimpi setinggi langit karena saat kita jatuh maka kita hanya akan jatuh di atara bintang-bintang,”ujar Indah, perwakilan Forum Anak Nasional (FAN) dari Sumatera Utara, di kegiatan FAN 2019 yang dipusatkan di Kota Makassar, Sabtu (20/7/2019).
Berbeda dengan Indah, Jonathan seorang perwakilan FAN dari Kabupaten Fak-Fak Papua ingin sekali dapat mewujudkan mimpi orangtuanya saat kecil dahulu yang tidak terwujud, yaitu menjadi seorang pendeta.
Impian Indah dan Jonathan mewakili impian dari 514 anak-anak dari seluruh Indonesia yang mengikuti rangkaian kegiatan Forum Anak Nasional dari tanggal 19 – 22 Juli 2019.
Hadir di Makasar sebagai perwakilan daerah adalah hal yang membanggakan karena harus melalui berbagai tahapan seleksi di kabupaten/kota, provinsi dan pusat. Mereka berkumpul untuk menyuarakan keinginan, harapan dan impian mereka untuk bisa terlibat dan tidak hanya dipandang sebagai objek di mata masyarakat.
Gibran Muhammad, presenter dan jurnalis Kompas TV yang diundang sebagai narasumber pada kegiatan Monolog Anak Indonesia ikut mendorong para peserta membangun kepercayaan diri dimulai dengan memaafkan diri sendiri dan orang lain.
“Wujudkan mimpimu. Mulailah dengan memaafkan masa lalu kita, diri sendiri dan orang lain. Memberikan pelayanan terbaik dan memahami orang lain sehingga dengan begitu kita menjadi pribadi yang terbuka dan percaya diri,”ujar Gibran.
Gibran juga menyerukan agar para peserta dapat menjadi corong kebhinekaan Indonesia.
“Kita lahir sudah berbeda, latar belakang budaya kita juga berbeda dan berbeda itu indah. Itu sebabnya Indonesia akan menjadi ruang yang indah jika kita semua mau menghargai setiap perbedaan,” pungkas Gibran.
Selain kegiatan Monolog Anak, hari kedua pelaksanaan FAN juga diisi dengan kegiatan bertema AKU LIHAT, AKU TAHU.
Kegiatan ini berupa observasi dan pemetaan 13 isu yang sudah ditetapkan. Ketiga belas isu tersebut adalah: Kesiapsiagaan bencana, pencegahan dampak negatif teknologi, Informasi dan Komunikasi, perkawinan usia anak, pengasuhan alternative, perilaku hidup bersih dan sehat, isu stunting, kesehatan mental, revolusi mental, terorisme, tindak pidana perdagangan orang, perlindungan khusus bagi anak pekerja migran, kewirausahaan online dan keberanian untuk berkata jujur.
Ini merupakan gambaran dari 5 klaster dalam Konvensi Hak Anak. Hasil dari diskusi dan observasi akan dibahas oleh para narasumber diantaranya dari Komisi Pemberantasan Korupsi, Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Universitas Andalas, Asian Foundation dan Kementerian Kesehatan. Kegiatan ini adalah salah satu implementasi dari tugas peserta FAN sebagai pelapor dan pelopor. (*/rls)
Editor: admin