Hindari Lonjakan Kasus COVID-19, Hadapi Libur Nataru dengan Disiplin Prokes

NEWS886 Dilihat

SULSEL.NEWS – Kondisi pandemi di tanah air terus melandai. Bahkan dalam beberapa hari terakhir kasus terkonfirmasi positif COVID-19 di bawah 400 kasus pernah hari.

“Kita bersyukur sekali dalam beberapa hari terakhir kasusnya sudah dibawah 400 per hari,” ujar Ketua Bidang Perubahan Prilaku Satuan Tugas COVID-19 Sonny Harry B Harmadi dalam Dialog
Produktif Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) – KPCPEN bertajuk ‘Akhir Tahun Nyaman Dengan Prokes Aman’ pada Rabu (17/11/2021).

Dia menjelaskan, angka ini jauh di bawah yang ditetapkan WHO yang menyatakan pandemi terkendali jika kasus sudah kurang dari 10 kasus per 1000.000 penduduk atau sekitar 2700 kasus per hari.

“Kalau kita perhatian sejak tanggal 15 Oktober 2021 lalu, kasus terkonfirmasi sudah dibawah 1000 orang,” kata Sonny.

Tekait libur Natal dan Tahun Baru, Sonny berharap semua pihak betul-betul mematuhi protokol kesehatan (Prokes), melaksanakan arahan pemerintah, membangun kesadaran dan disiplin kolektif. Pengalaman bahwa setiap libur panjang selalu beresiko terjadi peningkatan kasus COVID-19, harus jadi perhartian. Saat ini, berdasarkan indikator Google Mobility yang memantau pergerakan masyarakat di Jawa-Bali, menunjukkan mobilitas masyarakat mulai meningkat secara signifikan

“Kalau disertai penurunan kedisiplinan protokol kesehatan bukan tidak mungkin berakibat lonjakan kasus. Jangan sampai lengah,” ujarnya.

Sonny pun mengingatkan semua pihak bahwa pandemi belum selesai. Saat ini, kasus konfirmasi mingguan di 37 Kabupaten/Kota mengalami peningkatan. Lalu jumlah keterisian tempat tidur mingguan 43 di kabupaten/kota di Jawa dan Bali juga mengalami peningkatan. Jika dihubungkan dengan kepatuhan protokol kesehatan, memang terjadi penurunan. Kalau sebelumnya kepatuhan memakai masker di angka 8,3 secara turun 8,1. Hal ini tentu perlu jadi perhatian bersama dan satgas daerah jangan sampai terus terjadi penurunan kepatuhan terhadap protokol kesehatan dan berdampak peningkatan kasus.

“Meski saat ini kenaikan kasus masih dalam jumlah kecil namun harus tetap hati-hati dan berusaha melakukan upaya terbaik agar tidak berkembang cepat,” kata Sonny

Untuk mengantisipasi lonjakan kasus, lanjutnya, tiap dua pekan pemerintah melakukan asesmen secara berkala terkait indikator level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di
setiap Kabupaten/Kota. Hal ini sangat penting untuk bisa mengevaluasi langkah yang perlu dilakukan.

Menurutnya, kondisi pandemi yang tengah melandai juga tidak lepas karena konsistensi dalam melaksanakan PPKM sesuai level. Kemudian juga peningkatan vaksinasi dan perluasan penggunaan aplikasi PeduliLindungi untuk memastikan orang yang berada di ruang publik adalah sehat atau dengan risiko minimal.Kampanye 3 M (menggunakan masker, jaga jarak, dan juga rajin mencuci tangan red) pun terus dilakukan.

Dia yakin, kalau Indonesia bisa mempertahankan kasus yang rendah hingga Februari-Maret maka bisa menurunkan status dari pandemi ke endemi.

“Tapi kuncinya kita harus menjaga momentum ini dengan kepatuhan protokol kesehatan. Kasus melonjak atau melandai, perilaku masyarakat harus sama yaitu tetap menggunakan masker, jaga jarak, dan juga rajin mencuci tangan,” tegas Sonny.

Dalam kesempatan yang sama, Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Tri Yunis Miko Wahyono pun mengingatkan, jangan sampai masyarakat euforia dengan kondisi
pandemi yang melandai.

Miko menilai, masyarakat cenderung gampang lupa dengan badai COVID-19 yang terjadi pada Juli 2021 lalu.

“Hampir tiap hari kita mendengar kabar duka saat badai COVID-19 pada Juli 2021 lalu. Tapi sayangnya masyarakat gampang lupa, protokol kesehatan mulai abai,” ujarnya.

Untuk itu, dia berpendapat, protokol kesehatan diatur dalam peraturan daerah hingga tingkat Kabupaten/Kota. “Seperti kewajiban menggunakan masker dah larangan berkerumun,” katanya.

Sementara Passionate Homecook Putri Habibie mengatakan, protokol kesehatan tidak bisa ditawar-tawar. Meski saat ini pandemi tengah mereda, Putri tetap memilih menggelar kelas online,
meski permintaan kelas offline tinggi. Dia mengakui, tedapat kendala ketika menggelar kelas online salah satunya harus beradaptasi dengan teknologi.

“Tetapi kesehatan dan keselamatan harus dijunjung tinggi. Karena kelas offline meningkatkan risiko karena harus bertemu banyak orang,” tegas Putri. (*/rls)