Repatriasi Rohingya Segera Dimulai, PBB Peringatkan Ancaman Keamanan

NASIONAL, NEWS442 Dilihat

SULSEL.NEWS – Pemerintah Myanmar menyatakan siap menerima kembali lebih dari 2.000 pengungsi Rohingya yang kabur ke Banglasdeh. Penerimaan ini merupakan gelombang pertama dari proses repatriasi warga Rohingya.

Kesepakatan repatriasi dicapai Myanmar dan Banglasdesh pada Oktober lalu. Rencananya ada 5.000 lebih warga Rohingya yang akan dipulangkan dari kamp pengungsian di Cox’s Bazar.

Kantor berita Inggris Reuters menyebut sebanyak 20 orang warga Rohingya menolak proses repatriasi. Keamanan jadi alasan utama mereka urung pulang ke Myanmar.

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), kondisi di Myanmar saat ini sebenarnya belum kondusif untuk dilakukan pemulangan. Pasalnya, beberapa kelompok Buddha kerap melakukan demo menolak repatriasi.

PBB mengusulkan agar perwakilan warga Rohingya diizinkan untuk melihat kondisi Myanmar dengan mata kepala sendiri sebelum memutuskan ikut serta dalam proses repatriasi.

Sementara itu, Menteri Urusan Sosial Myanmar Win Myat Aye mengatakan repatriasi dilakukan setelah Bangladesh siap memulai proses tersebut.

“Kalau dari sisi kami, pemerintahan kami sudah siap, kami siap melakukan itu,” sebut Win seperti dikutip dari Reuters, Senin (2/11).

Kepala Bantuan dan Repatriasi Bangladesh Abul Kalam mengatakan, jika tidak ada halangan maka proses reptriasi akan dimulai pada Kamis (15/11).
“Mereka akan pulang secara suka rela. Tidak yang bisa memaksa mereka pulang,” papar Abul.

Pada pemulangan Kamis nanti, gelombang pertama akan berisi 2251 pengungsi. Ribuan orang itu kembali ke Myanmar menggunakan kapal laut.
Gelombang kedua direncanakan diisi oleh 2095 orang. Pemulangan gelombang kedua menggunakan jalan darat.

Setelah tiba di Myanmar, para warga Rohingya akan ditempatkan di daerah Maungdaw. Pemerintah mengklaim di sana warga Rohingya akan dibuatkan rumah dan diberi pasokan makanan.

Krisis kemanusiaan Rohingya terjadi pada 2017 lalu. Warga minoritas Muslim itu memilih kabur dari Rakhine karena dihantui ancaman genosida, perkosaan, dan kekerasan lainnya. Menurut laporan penyidik PBB, ada 10 ribu warga Rohingya yang tewas dibantai.

Total ada 700 ribu warga Rohingya yang kabur ke Bangladesh. Namun, hanya 5.000 orang saja yang secara sukarela mau kembali ke Myanmar. (Kumparan)