Refleksi Akhir Tahun, Danny: Penyegaran Struktur Birokrasi Sangat Dibutuhkan

NEWS407 Dilihat

SULSEL.NEWS – Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar menggelar refleksi akhir tahun sebagai pertanggungjawaban publik kinerja pemerintahan tahun 2018.

Wali Kota Makassar Moh. Ramdhan Pomanto menyampaikan selama setahun terakhir, kota ini mengalami kemajuan yang sangat signifikan. Mulai dari pelayanan publik, kesehatan, pendidikan dan berbagai inovasi pemerintah daerah yang dihasilkan.

Dari kewajiban menciptakan 2 inovasi unggulan per SKPD hingga lahir 100 inovasi daerah, beberapa di antaranya masuk kategori top inovasi secara nasional. Banyak juga yang kini diadopsi kementerian terkait menjadi program inovasi nasional, yang distuditirukan di kabupaten/ kota seluruh Indonesia.

Sebut saja, pelayanan kesehatan 24 jam ke rumah yang dilengkapi dengan sistem telemedicine, dikenal home care ‘Dottoro’ta’. Program ini kemudian dijadikan program kementerian kesehatan RI dengan nama telemedika nusantara.

Selanjutnya, Kartu Anak Makassar yang diadopsi menjadi Kartu Identitas Anak Nasional, Lorong Sehat (Longset), Lorong KB yang secara nasional disebut Kampung KB, dan angkutan anak sekolah dengan memanfaatkan angkot bekas, Pasikola. Pasikola telah mewakili Indonesia sebagai top inovasi skala internasional.

“Sejelek-jeleknya hari ini Makassar punya kemajuan yang sangat signifikan. Tapi di balik kemajuan besar itu begitu banyak juga kekurangan yang terlihat. Karena kita selalu survei secara priodikal. Banyak sisi, pelayanan publik, kesehatan, inovasi dan sisi lainnya yang masih butuh penanganan serius kedepan,” kata Danny di Hotel Sheraton, Rabu, (26/12).

Melihat kondisi tersebut, Danny bepandangan jika memang pemerintah itu harus selalu disegarkan. Dalam dua tahun harus ada penyegaran-penyegaran berarti di struktur birokrasi. Dengan demikian antara harapan masyarakat terhadap pemerintah bisa sesuai dengan kenyataan.

“Hari ini tampak betul dari apa yang ditampilkan Herman Heizer (Tim Survei- Direktur CRC) terjadi kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Pada saat tahun lalu justru kesenjangan itu menipis. Antara harapan dan kenyataan itu sudah hampir satu, sekarang merenggang lagi. Ternyata setelah kami mencoba melihat data, itu terjadi pada saat Pilkada kemarin,” jelas Danny.

Menurut hemat mantan konsultan tata ruang ini, politik destruktif bisa menghancurkan kinerja, politik bisa memundurkan masyarakat. Makanya tidak salah jika di musim Pilkada kemarin ia memproklamirkan tagline jangan biarkan Makassar mundur lagi.

“Sangat berbahaya sekali, politik yang destruktif itu bisa menghancurkan. Makanya kita mencoba merecovery ini. Insya Allah 5 bulan ini saya janji akan memperbaiki agar antara harapan dan kenyataan bisa sesuai,” ucap Danny. (*)

Editor: admin